16 October, 2025, 7:17 pm

Artikel

Bagaimana Menjaga Ginjal Kita Tetap Sehat?

Hari Ginjal Sedunia 2022 (World Kidney Day atau WKD) yang jatuh di setiap hari Kamis pada minggu kedua di bulan Maret, kembali diperingati di Indonesia dan di seluruh dunia pada tanggal 10 Maret 2022. Tema hari ginjal tahun ini adalah "Menjembatani Kesenjangan Pengetahuan Untuk Perawatan Ginjal Yang lebih Baik".

Organ ginjal memiliki fungsi utama sebagai organ eksresi (pembuangan), organ sekresi (penghasil hormon), dan organ pengatur (keseimbangan cairan dan elektrolit). Apabila ada gangguan ginjal, salah satu atau ketiga fungsi ini akan berkurang dan menimbulkan berbagai gejala. Penurunan fungsi ini dapat terjadi secera akut (mendadak) yang disebut penyakit ginjal akut (PGA) atau secara kronis (menahun) yang disebut sebagai penyakit ginjal kronis (PGK). Penyakit ginjal, bukan hanya yang berat seperti gagal ginjal, justru kebanyakan adalah ringan dan dapat dicegah serta sembuh dengan sempurna.

Lalu bagaimana cara menjaga agar ginjal kita tetap sehat?

Sebenarnya tidak sulit untuk menjaga ginjal tetap sehat. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

Minum

  • Usahakan ginjal mendapatkan cukup cairan, tidak kurang dan tidak berlebih.

  • Sebagai patokan, kebutuhan air/cairan sehari adalah sekitar 30 cc x berat badan. Jika seandainya berat badan Anda 60 kg, maka kebutuhan cairannya adalah 30 cc x 60 kg = 1.800 cc sehari. Sebagian (20-30%) cairan berada dalam makanan, bergantung jenis makanannya (sop atau sayur lebih banyak mengandung air). Jadi air yang seharusnya diminum adalah 80% dari 1.800 cc = 1.440 cc. Supaya gampang, sekitar 1.500 cc/hari, atau sekitar 6-8 gelas setiap hari

  • Sebagian cairan dikeluarkan juga oleh keringat. Jadi seandainya berolahraga atau dalam cuaca panas dan mengeluarkan banyak keringat. Anda harus minum lebih banyak 

  • Tidak perlu minum berlebihan. Itu akan mendorong ginjal harus bekerja lebih berat karena selain harus lebih banyak membuat urin, juga harus menjaga keseimbangan eleketrolit (terutama natrium) dalam tubuh.

Makanan

  • Sebaiknya pilihlah makanan yang tidak terlalu banyak mengandung garam (natrium). Garam memang diperlukan oleh tubuh, akan tetapi jika berlebih akan meningkatkan tekanan darah. Mengatur tekanan darah menjadi tugas ginjal. Jadi jika ada garam berlebih dalam makanan, tugas ginjallah yang membuangnya.

  • Kebutuhan protein harian adalah sekitar 1 gram/kg berat badan. Seandainya berat badan Anda 60 kg, maka kebutuhan protein harian adalah 60 gram. Protein bermanfaat untuk tubuh, namun apabila dikonsumsi secara berlebihan, tidak baik bagi ginjal. Dilaporkan dalam penelitian bahwa protein yang terlalu tinggi dalam makanan dapat mengganggu aliran darah ke ginjal.

Tekanan Darah Tinggi

  • Banyak penyakit yang dapat berakibat buruk pada ginjal, tetapi yang paling sering berpengaruh langsung adalah hipertensi (tekanan darah tinggi).

  • Oleh karena itu, rutinlah memeriksa tekanan darah Anda. Penyakit ini awalnya tidak bergejala. Baru ketahuan jika sudah ada komplikasi.

  • Diagnosis tekanan darah tinggi setelah beberapa kali diperiksa adalah lebih dari 140/90 mmHg. Usahakan tekanan darah Anda kurang dari 140/90 mmHg, atau lebih baik lagi jika kurang dari 130/80 mmHg

Obat-obatan

  • Seringkali sebelum berobat ke dokter, banyak yang mencoba mengobati diri sendiri dengan membeli obat dari apotek/warung. Yang harus diperhatikan obat antinyeri. Obat anti nyeri jika dikonsumsi berlebihan dapat merusak ginjal. Terutama yang mengandung steroid seperti prednison, atau NSAID (Non-steroid ANti-Inflammatory Drusg) contohmya: aspirin, ibuprofen, asam mefenamat, dll.

  • Hati-hati dalam menggunakan antibiotik, jenis, dossi maupun lama mengonsumsinya. Selain dapat merusak ginjal, antibiotik dapat menyebabkan kuman menjadi resisten (kebal) terhadap antibiotik jenis tersebut.

Herbal & Suplemen

  • Banyak yang beriklan bahwa herbal atau suplemen tidak mengandung zat kimia. ITU TIDAK BENAR. Semua obat maupun herbal mengandung zat kimia. Makanan yang kita konsumsi sehari-haripun mengandung zat imia, karena zat kimia inilah yang memiliki efek terhadap tubuh.

  • Jika ingin mengonsumsi herbal atau suplemen, pilihlah dengan cerdas. Sebaiknya ada berkonsultasi dengan dokter atau apoteker.

  • Beberapa kasus cuci darah terjadi pada pasien yang mengonsumsi suplemen dengan kandungan protein atau asam amino tinggi. Biasanya suplemen tersebut digunakan untuk membentuk otot pada binaragawan.

Selamat Hari Ginjal Sedunia Sahabat Perisai. Ginjal Sehat untuk Kita Semua

Sayangi Ginjalmu!

Sumber: 

Roesli, Rully M.A., 2021. Kupas Tuntas Ginjal & Penyakitnya. Bandung: Little Quokka.

 

Varian Omicron: Hal-Hal Apa Saja yang Harus Kita Ketahui?

Dilansir dari CNN Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes Kemenkes) mencatat penambahan kasus varian SARS-CoV-2 B.1.1.529 atau varian Omicron di Indonesia terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan sejak pertama kali diidentifikasi di Indonesia 15 Desember 2021.

Berdasarkan data per 6 Februari 2022 yang baru diunggah melalui situs resmi pada Selasa (8/2), kasus Omicron di Indonesia sudah mencapai 3.779 kasus, meningkat sebanyak 618 kasus dibandingkan laporan data pada Jumat (2/2). Kasus Omicron di Indonesia juga sudah menjadi transmisi lokal dan menyebar di 18 provinsi.

Bahkan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan Indonesia sudah mulai memasuki gelombang tiga virus corona (Covid-19). Kondisi itu ditandai dengan mulai naiknya kasus Covid-19 harian di Indonesia dalam sepekan terakhir.
 
Lalu apa saja yang harus kita ketahui mengenai Varian Omicron ini, dan apa saja langkah pencegahannya? Mari simak penjelasan berikut ini.
 
Apa itu Varian Omicron?
Dilansir dari covid19.go.id, Omicron (B.1.1.529) adalah salah satu varian/turunan jenis baru dari virus COVID-19 yang dilaporkan pertama kali di Afrika Selatan. Virus ini memiliki sifat yang lebih menular dan mempengaruhi kekebalan tubuh (baik yang diperoleh oleh infeksi alami maupun vaksinasi).
 
Bagaimana Tingkat Keparahan Penyakit Saat Terinfeksi COVID-19 Varian Omicron?
Dilansir dari covid19.go.id, risiko rawat inap varian Omicron lebih rendah dibandingkan varian Delta. Varian Omicron  tetap bisa menyebakan gejala berat dan kematian terutama pada orang yang rentan seperti lansia, memiliki penyakit penyerta dan orang yang belum divaksin.
Namun dengan tingkat penularan yang lebih tinggi, maka jika tidak dikendalikan akan lebih banyak orang yang terinfeksi dan membutuhkan perawatan medis (isolasi mandiri/terpusat/rumah sakit) sehingga dapat membebani sistem Kesehatan.
 
Apakah COVID-19 Varian Omicron Dapat Terdeteksi dengan Tes Antigen dan PCR?
Dilansir dari covid19.go.id, pemeriksaan PCR dan RDT-Antigen masih dapat untuk mendiagnosis COVID-19, termasuk varian Omicron. Untuk memastikan variannya, perlu dilakukan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS).
 
Apa yang Harus Dilakukan untuk Mencegah Penularan COVID-19 Varian Omicron?
Dilansir dari covid19.go.id, upaya terbaik yang bisa dilakukan saat ini agar terhindar dari risiko penularan COVID-19 varian Omicron adalah dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan, termasuk:
  • Menggunakan masker dengan benar
  • Menjaga jarak fisik
  • Mencuci tangan
  • Hindari tempat ramai, ruang tertutup dengan ventilasi buruk
  • Menghindari kerumunan
  • Mengurangi mobilitas yang tidak mendesak
  • Segeralah vaksinasi
  • Menjaga imunitas dengan istirahat cukup, aktivitas fisik dan lainnya
Bagaimana Gejala yang Muncul Saat Terinfeksi COVID-19 Varian Omicron?
Dilansir dari covid19.go.id, belum diketahui  pasti terkait perbedaan manifestasi klinis dengan varian lainnya. Varian Omicron dapat menimbulkan berbagai derajat keparahan baik tanpa gejala, ringan, sedang hingga berat. Gejala yang dilaporkan umumnya bersifat ringan seperti 
  • Demam
  • Batuk
  • Kelelahan
  • Pilek
  • Nyeri tenggorokan
  • Sakit kepala
Apa yang Harus Dilakukan Saat Terinfeksi COVID-19 Varian Omicron?
Dilansir dari covid19.go.id, segera lakukan isolasi mandiri di rumah. Dan jangan lupa untuk memanfaatkan layanan telemedicine (jika tersedia) atau lapor ke puskesmas/fasilitas layanan kesehatan terdekat. Hal ini dilakukan agar dokter tetap bisa memantau kondisi pasien positif Omicron yang sedang menjalani isoman di rumah.
 
Sudah Pernah COVID-19, Apakah Saya Berisiko Mengalami Reinfeksi Varian Omicron?
Dilansir dari covid19.go.id, beberapa bukti awal menunjukkan adanya peningkatan risiko reinfeksi (terinfeksi COVID-19 lebih dari satu kali) akibat varian Omicron, jika  dibandingkan dengan yang lain. Risiko reinfeksi diperkirakan mencapai 5.4 kali lebih tinggi daripada varian Delta.
 
Apakah Vaksinasi yang Sudah Dilakukan Efektif Cegah Penularan COVID-19 Varian Omicron?
Dilansir dari covid19.go.id, ada kemungkinan penurunan efektivitas vaksin yang ditunjukkan dengan temuan kasus breakthrough (terinfeksi COVID-19 padahal sudah mendapatkan vaksinasi). Vaksin yang ada saat ini masih sangat efektif dalam mencegah penyakit yang berat dan kematian. Kasus yang belum mendapatkan vaksinasi memiliki potensi lebih besar menularkan kepada keluarga dan lingkungannya.
 
Pemerintah saat ini mengimbau kepada  masyarakat agar tetap waspada namun tidak perlu panik jika ada kenaikan jumlah kasus yang cepat dan banyak.
 
Tetap disiplin protokol kesehatan dan segera divaksinasi jika gilirannya tiba!
 
 
Sumber: covid19.go.id