Pernahkah Anda mendengar istilah resistensi insulin? Sebenarnya apa itu resistensi insulin? Kabarnya resistensi insulin ini bila dibiarkan akan berkembang menjadi diabetes tipe 2.
Resistensi insulin adalah kondisi yang menandakan bahwa tubuh Anda tidak lagi dapat merespons kerja insulin sebagaimana mestinya alias kebal terhadap insulin. Saat tubuh tak lagi sensitif dengan keberadaan insulin, glukosa tidak dapat masuk ke sel tubuh untuk dipecah menjadi energi sehingga akhirnya tetap berada di dalam aliran darah. Akibatnya, gula darah Anda pun tinggi yang dikenal dengan istilah hiperglikemia. Pada tingkatan yang lebih parah, kondisi ini dapat menyebabkan diabetes tipe 2. Dokter akan mendiagnosis sebagai PRE-DIABETES, dimana kadar glukosa darah berada di atas normal tetapi belum masuk pada kriteria diabetes tipe 2.
Siapakah yang berisiko mengalami resistensi insulin?
Anda berisiko bila:
- Berat badan berlebih atau obesitas
- Berusia 45 tahun atau lebih
- Memiliki orang tua atau saudara yang menderita diabetes
- Kurang bergerak
- Menderita kondisi kesehatan tertentu, seperti tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol yang tidak terkontrol
- Memiliki riwayat diabetes gestasional, yakni diabetes yang muncul selama kehamilan
- Melahirkan bayi dengan berat di atas 4 kg
- Memiliki riwayat penyakit jantung atau stroke
- Menderita sindrom ovarium polikistik (PCOS)
Beberapa faktor risiko di atas juga meningkatkan risiko penyakit jantung.
Apa gejala dari resistensi insulin?
Resistensi insulin bisa saja tidak memunculkan gejala apa pun selama bertahun-tahun sehingga sulit terdeteksi. Meskipun umumnya tak bergejala, Anda juga perlu waspada apabila muncul beberapa gangguan kesehatan yang mirip dengan gejala diabetes yang mungkin mengarah kepada resistensi insulin.
Gejala yang mungkin muncul seperti kelelahan, mudah lapar, sulit berkonsentrasi, dan muncul akantosis nigrikans, yaitu gangguan kulit seperti bercak hitam pada belakang leher, pangkal paha, dan ketiak. Biasanya kondisi ini juga disertai dengan tanda-tanda, seperti terjadinya penumpukan lemak di sekitar perut, meningkatnya kadar gula darah, dan kadar kolesterol naik.
Bagaimana mendiagnosis resistensi insulin?
Tidak ada pemeriksaan khusus untuk menetapkan resistensi insulin. Umumnya pemeriksaan yang dilakukan berkaitan dengan diagnosis pre-diabetes dan diabetes seperti:
- HbA1C (mengukur kadar gula darah rata-rata seseorang selama 2 - 3 bulan),
- gula darah puasa dan gula darah 2 jam PP.
Bagaimana cara mencegah resistensi insulin?
Walau resistensi insulin dapat meningkatkan risiko penyakit seperti diabetes dan jantung, kabar baiknya kondisi ini ternyata tetap dapat dicegah dan diperbaiki dengan penerapan GAYA HIDUP SEHAT, yaitu:
- Olahraga dan aktif bergerak. Aktivitas fisik dapat membuat insulin lebih sensitive. Lakukan setidaknya olah raga 30 menit/hari seperti jalan cepat minimal 5 hari dalam 1 minggu.
- Berat badan ideal. Jika seseorang yang obesitas atau dengan berat badan berlebih mampu menurunkan berat badan 5-7%, secara signifikan dapat mengurangi resiko diabetes.
- Pola makan sehat. Konsumsi makanan utuh dan minim proses seperti buah, sayur, biji-bijian utuh, kacang, polong-polongan, daging tanpa lemak seperti ikan dan dada ayam tanpa lemak.
Selain olahraga, menjaga berat badan ideal dan menjalankan pola makan sehat, hal lain yang tidak kalah penting adalah istirahat yang cukup, kelola stress dengan baik dan hindari merokok.
Tidak ada kata terlambat untuk berubah!
Bila Anda beresiko, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter terkait kondisi resistensi insulin ini, termasuk bagaimana cara pencegahan atau pengobatannya.
Sumber:
American Diabetes Association
https://www.cdc.gov/diabetes/basics/insulin-resistance.html (diakses tanggal 12 November 2021)
https://www.webmd.com/diabetes/insulin-resistance-syndrome (diakses tanggal 12 November 2021)